Powered by Blogger.

Monday, 15 February 2021

SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

SPLDV merupakan kependekan dari Sistem Persamaan Linier Dua (2) Variabel. SPLDV adalah suatu persamaan matematika yang terdiri atas dua persamaan linear yang masing-masing bervariabel dua (misal x dan y). Dengan demikian, bentuk umum dari Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam x dan y dapat kita tuliskan sebagai berikut.

ax + by = c
atau
a1x + b1y = c1
px + qy = r
a2x + b2y = c2
Dengan a, b, c, p, q dan r atau a1, b1, c1, a2, b2 dan c2 merupakan bilangan-bilangan real.
Penyelesaian atau himpunan penyelesaian suatu sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dapat ditentukan dengan enam cara, namun fokus pada saat ini ada pada tiga cara diantaranya adalah dengan metode subtitusi, eliminasi, dan campuran (gabungan).

CONTOH
Tentukan himpunan penyelesaian SPLDV:
2x + y = 5 dan 3x  2y = 4 

untuk x, y  R 
menggunakan metode substitusi, eliminasi, dan gabungan.


1. Cara Substitusi (mengganti)
Dari persamaan (1) kita peroleh persamaan y sebagai berikut.
 2x + y = 5
         y = 5  2x
Lalu kita subtitusikan persamaan y ke persamaan (2) sebagai berikut.
 3x - 2(y) = 4
 3x - 2(5 - 2x)= 4
 3x  10 + 4x = 4
 3x + 4x = 4 +  10
          7x = 14
            x = 2
Terakhir, untuk menentukan nilai y, kita subtitusikan nilai x ke persamaan (1) atau persamaan (2) sebagai berikut.
 3(x) - 2y = 4
 3(2) -2y = 4
 6 - 2y = 4
     -2y = 4 - 6
    -2y = -2
         y = 1
Jadi, himpunan penyelesaian dari SPLDV tersebut adalah {(2, 1)}.


2. Cara Eliminasi (menghilangkan)

Samakan koefisien pada variabel yang ingin di eliminasi (dihilangkan), misalkan variabel 'y'.
2x + y = 5          |dikali 2|          4x + 2y = 10
3x - 2y=4          |dikali -1|        -3x + 2y = -4
                                                ___________ _
                                                    7x + 0 = 14

                                                          7x = 14
                                                            x = 2

Samakan koefisien pada variabel yang ingin di eliminasi (dihilangkan), misalkan variabel 'x'. 
 2x + y = 5          |dikali 3|          6x + 3y = 15
3x - 2y=4            |dikali 2|          6x - 4y = 8
                                                ___________ _
                                                    0 + 7y = 7
                                                          7y = 7
                                                            y = 1

Jadi, himpunan penyelesaian dari SPLDV tersebut adalah {(2, 1)}.




3. Cara Gabungan (Eliminasi + Substitusi)
Samakan koefisien pada variabel yang ingin di eliminasi (dihilangkan), misalkan variabel 'y'.

2x + y = 5           |dikali 2|          4x + 2y = 10
3x - 2y=4           |dikali -1|        -3x + 2y = -4
                                                ___________ _
                                                    7x + 0 = 14

                                                            7x = 14
                                                               x = 2

Substitusi nilai x = 2 pada salah satu persamaan,
2x + y = 5
2(2) + y = 5
4 + y = 5
        y= 5 - 4
        y= 1

Jadi, himpunan penyelesaian dari SPLDV tersebut adalah {(2, 1)}.


4. Latihan Soal

1. Kerjakan Soal berikut dengan metode Substitusi, Eliminasi dan Gabungan!

    7x + 2y = -3

    3x - 4y = -11

2. Berdasarkan data, followers Deddy Corbuzier dalam sehari ditambah dengan followers Atta Halilintar dalam 2 hari adalah 3.400 followers. lalu followers Deddy Corbuzier dalam empat hari ditambah followers Atta Halilintar dalam lima hari berjumlah 10.000 followers. berapakah jumlah followers Deddy Corbuzier dalam 100 hari? 

(Untuk nomor 2 silahkan kerjakan dengan metode apapun yang paling kalian kuasai)


"Yunita Budiarti, S.Pd."
"Karto, S.Pd.,MM."

Published: By: KPEDES - February 15, 2021

Tuesday, 9 February 2021

BAHAYA PRASANGKA BURUK DAN HOAKS

 

Terbit : Opini Rakyatpos (01/02/2021
https://www.rakyatpos.com/bahaya-prasangka-buruk-dan-hoaks.html


Prasangka buruk dan hoaks merupakan kombinasi berbahaya yang sangat dirasakan efeknya bagi kehidupan bermasyarakat dewasa ini. Bayangkan saja, obrolan yang biasa diawali dengan, ehh jeng tau gak sih? yang biasanya kita dengar dalam keseharian ketika di warung-warung, ditempat berkumpul lainnya, kini telah merambah ke media digital. Faktanya pula, berdasarkan data yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bahwa masyarakat usia 45 tahun keatas justru memang yang rentan menyebarkan dan mengkonsumsi hoaks atau berita bohong. Menurut analisa kominfo, penyebar hoaks itu lebih cenderung orang tua dan banyak dilakukan ibu-ibu melalui chat whatsapp, Asal forward tanpa harus membaca dahulu. Sementara generasi muda lebih suka konten kreasi seperti menyanyi, menari dan posting di media sosial, Instagram dan Tiktok misalnya. Hal ini tentu tidaklah mengejutkan, mengingat generasi millenial merupakan generasi yang lahir dimasa serba digital sementara orang tua usia demikian justru merupakan konsumen baru media sosial. Hal ini pula yang menarik bagi penulis selama beberapa tahun ini, dimana update status-status tiap menit di laman Facebook penulis malah dipenuhi oleh bapak-bapak atau ibu-ibu kisaran usia diatas yang kalau dilihat profilnya, terhitung baru menjadi pengguna jejaring sosial tersebut. Mulai dari posting kegiatan di sawah, laut, kantor, makan bersama, dan lain sebagainya silih berganti diabadikan di laman facebook tersebut. Saya yang sudah bertahun-tahun di Facebook ini sempat berfikir, kemana kawan-kawan Facebook kami yang dulu?. Ini menunjukkan bahwa dunia medsos memang sedang digandrungi oleh bapak-bapak dan ibu-ibu yang justru merupakan konsumen baru dibanding anak-anak muda millennial. Disinilah peran literasi teknologi sangatlah dibutuhkan, bukan hanya orang tua yang memantau anak di medsos namun begitupun  sebaliknya.

Hoaks merupakan salah satu ‘produk’ prasangka buruk dan pula sumber prasangka buruk itu sendiri. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri dalam aspek pembangunan berkelanjutan di era sekarang ini yang bukan hanya didominasi aspek dari eksternal. Hal yang harus dikhawatirkan adalah pribadi-pribadi di dekat kita yang salah dalam menempatkan prasangka pada ranah yang sebenarnya hingga menjadi upaya propaganda untuk membunuh dari dalam. Setiap manusia dalam lingkup individu maupun sosial kemasyarakatan tidak lepas dari yang namanya prasangka. Manusiawi sekali, namun setiap individu tentu menyikapinya dengan berbeda. Charles R. Swindoll mengemukakan bahwa berprasangka adalah perilaku yang dipelajari, kita tidak terlahir penuh dengan prasangka, namun kita diajari untuk berprasangka. Diajari berprasangka berarti membuat hipotesa yang nantinya akan dibuktikan dengan penelitian-penelitian tertentu.

Prasangka memiliki klasifikasi, menurut John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori diantaranya prasangka kognitif yaitu prasangka yang bertumpu pada apa yang dianggap benar, prasangka afektif yaitu prasangka yang menitik beratkan pada apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, dan yang terakhir prasangka konatif yaitu prasangka yang merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak. Dasar-dasar dalam berprasangka ini tentu secara harfiah melekat pada diri manusia sebagai individu untuk melakukan penelitian lebih lanjut, tuntutan untuk mencari informasi mengenai manusia lain, kelompok-kelompok tetentu, dan ilmu lainnya, agar dapat membuktikan dan memuaskan dan membuktikan dasar-dasar prasangka yang telah  ditetapkan didalam individu masing-masing. Jadi  kata kuncinya dua, yaitu prasangka dan pembuktian.

Permasalahannya sekarang ini adalah prasangka-prasangka ini menjadi buruk disaat  individu-individu ini menempatkan prasangka sebagai dasar dan juga langsung menjadikan prasangka ini sebagai hasil akhir. Pribadi-pribadi malas seperti ini enggan melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut agar informasi yang disampaikan valid dan laik di kemukakan ke masyarakat. Menjadi sumber dari segala permasalahan-permasalahan fatal dan rasa kebencian dikalangan masyarakat untuk saling mencaci, mencurigai, menghina, mengkafirkan, dan lain sebagainya.

Salah satu efek prasangka buruk yang paling dirasakan adalah mematikan semangat bergotong-royong di kalangan masyarakat terutama masyarakat pedesaan yang dulunya terkenal dengan budaya bergotong royong sesama warganya. Ketika ada salah satu perwakilan pemerintah desa mengajak untuk bergotong royong dalam pembangunan desa atau misalkan dalam kasus mengajak warga untuk sumbangan dalam memenuhi logistik bagi keluarga yang terpapar virus corona dan melakukan isolasi mandiri, ada oknum-oknum masyarakat justru memprovokasi agar enggan untuk saling membantu dengan alasan dana desa yang begitu besar tidak termanfaatkan. Bahkan ketika ada inisiator dari kalangan masyarakat biasa mengajak kearah perubahan lebih baik, ada oknum-oknum pejabat-pejabat desa enggan untuk bergotong royong saling membantu karena menyimpan prasangka bahwa si inisiator inilah yang bakal mendapat uang banyak dari pemerintah dan kecurigaan lain yang tidak berdasar. Jika terus dibiarkan, terjadinya intoleransi beragama, konflik berlandaskan SARA, tawuran, peperangan antar desa, bisa saja dan terus terjadi bertahun-tahun kedepan. Inilah faktanya dilapangan, terkikisnya sikap bekerja sama seperti semangat yang diwariskan oleh para pejuang terdahulu. Pemimpin berprasangka buruk terhadap rakyat, rakyat berprasangka buruk terhadap pemimpin, rakyat dan rakyatpun tidak ketinggalan untuk saling beradu kesimpulan tanpa penelitian. Prasangka buruk dan hoaks merupakan senjata ampuh dalam pembunuhan karakter bangsa.

Prasangka buruk yang dikemas rapi dengan bukti foto atau video yang dipotong atau diedit atau pula dengan ‘katanya-katanya’ merupakan cikal bakal hoaks yang seolah-olah menjadi dasar pembenaran atas prasangka buruk yang dimaksud. Devie Rahmawati, Kaprodi Vokasi Humas UI (2019) menyebutkan bahwa “untuk itu diperlukan Resep 3K untuk mengatasi prasangka yaitu keterbukaan pikiran, komunikasi sosial, dan konfrontasi”. Studi ilmiah semenjak era 50-an menemukan bahwa individu dengan karakter yang tertutup dan linier, memiliki peluang untuk terjebak dalam prasangka. Ditambah keengganan melakukan komunikasi, membuat seorang individu tidak pernah memiliki kesempatan untuk melakukan konfirmasi, apakah prasangkanya tersebut benar, atau ternyata meleset. Komunikasi menjadi cara yang efektif untuk membongkar prasangka. Sedangkan temuan 10 tahun terakhir, menunjukkan kemampuan melakukan konfrontasi terhadap sebuah prasangka yang melahirkan label-label, menjadi senjata ampuh membuat orang yang menyebarkan hoaks tentang sesuatu menjadi berpikir ulang dan membuat orang lain, menjadi memiliki tambahan informasi baru tentang seseorang atau sesuatu, yang pada akhirnya mampu merubah prasangka.

Sekali lagi, hoaks merupakan salah satu produk prasangka buruk dan pula sumber prasangka buruk yang sekarang sedang menjadi-jadi di negara ini. Prasangka buruk akan menghasilkan hoaks dan hoaks akan menghasilkan prasangka buruk kembali yang dijadikan suatu bentuk pembenaran dari suatu kesalahan, begitulah putaran rantainya. Mempengaruhi orang banyak, memprovokasi, dan lain sebagainya hingga banyak yang mengiyakan pula. Hal ini justru lebih berbahaya dari virus apapun dalam menjaga keutuhan NKRI ini. Bahkan mereka-mereka yang dengan tulus berdedikasi untuk masyarakat malah dianggap musuh yang harus dibasmi. Apa saja bisa menjadi bahan prasangka, tetangga membeli motor baru, mobil baru, rumah baru, mulailah individu pemalas tadi berspekulasi.

Terus belajar, sama-sama belajar, sama-sama menghargai, dalam kehidupan bermasyarakat serta berhati-hatilah!. Jangan sampai kita terlalu fokus memperbaiki tatanan bernegara ini dari pengaruh luar, membuat benteng setinggi-tingginya, tanpa disadari kita sedang digerogoti dari dalam oleh provokator-provokator yang mungkin diantaranya sedang duduk di sebelah anda, teman facebook anda, teman kontak whatsapp anda, serta followers Instagram atau youtube anda. Di era digital ini, mari saling menjaga dan mengingatkan baik yang tua ke yang muda maupun sebaliknya!.

 

Karto, S.Pd.,MM.

 

Published: By: KPEDES - February 09, 2021

Tuesday, 13 October 2020

HARAPAN DI JAHEME KPEDES

 semua berawal dari pertanyaan 'bagaimana jika'?

sebuah ide sederhana yg akhirnya di eksekusi oleh ibu surya desa serdang, dengan perandaian dan angan2 bagaimana jika:
1. permintaan meningkat,produksi meningkat, maka akan muncul alternatif hasil pertanian baru bgi masyarakat disamping menunggu trus menanjaknya nilai jual hasil pertanian utama dipedesaan ini.
2. permintaan meningkat,produksi meningkat, maka setiap anggota komunitas yg memasarkan akan mendapat persentase hingga mgkin saja bisa membantu org tua masing2 dalam hal perekonomian.
3. permintaan meningkat,produksi meningkat, maka kas komunitas dalam menjalankan setiap program tahunan komunitas yg harus ditunda karena pandemi ini dapat berjalan trus dikemudian hari.
bagaimana harusnya bgitu? dukungan masyarakat, kritik dan saran, posting2, sangat kami harapkan. bukan bagi keuntungan pribadi semata, bnyk hal terlibat didalamnya.
semua masih trlalu dini, juga kadang ditertawakan, tapi tak ada salahny aksi, mari kawan2 kita berusaha mewujudkan 'bagaimana jika' ini.






Published: By: KPEDES - October 13, 2020

Sunday, 27 September 2020


BUBUK  JAHE MERAH KPEDES SERDANG
'ORIGINAL HOMEMADE'

Desa Serdang, merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan. Banyak potensi yang dimiliki desa ini dari segala aspek diantaranya pariwisata, hasil pertanian dan perkebunan, hasil nelayan, dan lain sebagainya. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah namun belum begitu banyak yang berniat mengolahnya menjadi suatu produk yang bernilai  tinggi di pasaran.
salah satunya adalah jahe merah. jahe merah merupakan rempah-rempah yang memiliki khasiat yang begitu banyak terutama dalam menjaga daya tahan tubuh kita. Jahe merah dikenal dan dirasa lebih mampu menghangatkan tubuh dibanding dengan jahe putih yang biasanya digunakan untuk bumbu dapur oleh masyarakat.
inisiatif pengolahan jahe merah menjadi bubuk jahe merah yang siap seduh ini salah satunya adalah dari situasi sekarang ini dimana kita sangat membutuhkan minuman herbal yang dipercaya berkhasiat menjaga daya tahan tubuh agar selalu prima menghadapi situasi yang kurang menentu ini. melimpahnya perkebunan jahe merah milik bapak saya sendiri di Desa Serdang ini juga membuat saya memutar otak untuk menemukan ide yang membuat jahe merah ini menjadi bahan hasil perkebunan yang bernilai tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahel Yuana Sadikin dkk (2018) membuktikan bahwa selain ekstrak jahe merah dapat digunakan untuk luka yang mengalami infeksi atau luka yang tidak cepat sembuh, meminum ekstrak jahe merah sebelum luka terjadi juga dapat membantu mempercepat penyembuhan jika nantinya terjadi luka. Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak jahe merah (Zingiber Officinale var. rubrum) selama 3 hari dapat menurunkan jumlah sel makrofag pada luka bersih mencit (Mus musculus) jantan. 
Dalam artikel yang ditulis oleh Dr. Masteria Yunovilsa Putra (Kepala penelitian Center for Drugs Discovery and Development Pusat penelitian bioteknologi LIPI) menyebutkan bahwa;
1. jahe merah memiliki aktivitas sebagai immunomodulator untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia. 
2. Masteria menambahkan mengkonsumsi jahe merah dapat menjadi langkah pencegahan penyakit melalui peningkatan daya tahan tubuh. 
3. Jahe merah juga memiliki beberapa aktivitas farmakologis lainnya. Sepertinya menurunkan tekanan darah, antibakteri, menurunkan asam urat, hepatoprotektor, menurunkan kadar kolesterol, aprodisiak, pencegahan penyakit kronis degeneratif seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes pada lansia.

Jahe merah Kpedes Serdang dijamin 100% original homemade tanpa pengawet dan pemanis buatan. bagi yang ingin mencoba silahkan order di 4 online marketplace terbesar di Indonesia (Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan Lazada) dengan kata kunci : Bubuk Jahe Merah Kpedes Serdang.

Salam sehat!

 

Published: By: KPEDES - September 27, 2020

Sunday, 28 June 2020

PELUANG KEWIRAUSAHAAN DI TENGAH WABAH COVID-19

            

 

            Nama       : Nurul Fadilah      

            TTL         : Serdang,1 Februari 1999  

            Agama     : Islam

            Pekerjaan : Mahasiswi IAIN SAS BABEL

            Jurusan     : Perbankan Syariah

            

  Media               https://swakarya.com/peluang-membuka-wirausaha-di-tengah-pandemi-covid-19/

Tanggal Terbit    : 27 Juni 2020

 

Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali muncul dari kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019, tidak perlu waktu lama setelah penyebarannya, WHO menetapkan status wabah global atau pandemi Covid-19. Di duga Covid-19 ini berasal dari hewan kelelawar dan setelah di telusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan orang-orang yang memiliki riwayat telah mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan, China. Indonesia merupakan salah satu negara yang terinfeksi pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 yang menyerang dunia pada tahun ini cukup mempersulit keadaan  ekonomi negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Bagaimana tidak, harapan adanya perbaikan ekonomi di tahun ini menjadi tertunda dengan datangnya wabah covid-19. Virus yang berasal dari China ini berhasil menyebar secara cepat dan luas ke berbagai negara, berhasil membuat ekonomi dunia kewalahan dan memicu munculnya krisis baru. Banyak perusahaan yang memulangkan para perkejanya dikarenakan harus mematuhi protokol kesehatan, dalam hal ini tentu saja banyak elemen masyarakat dan pelaku usaha yang dirugikan terutama pada sisi ekonomi.

Masyarakat dianjurkan untuk berada dirumah saja sebagian memang masih dapat melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya melalui daring meskipun sedang berada dirumah. Namun, tidak semua pekerjaan dapat dilakukan dirumah. Lalu, bagaimana solusi bagi mereka yang tidak dapat bekerja dari rumah? Salah satu solusi untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memperoleh pendapatan dari rumah adalah berwirausaha.

Pelaku usaha dapat melakukan dan melihat peluang usaha selama Covid-19, dapat kita lihat bahwa peluang usaha selama masa Covid-19 lumayan memberi celah bagi pelaku usaha. Para pelaku usaha harus dapat menentukan strategi agar tetap memenuhi kebutuhan konsumen, dari sini pelaku usaha dapat menerapkan sistem pesan antar karena berkaitan dengan anjuran pemerintah yang mengharuskan masyarakatnya berada dirumah saja dengan adanya pesan antar (delivery) para konsumen tidak perlu lagi keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan seperti bahan pokok, makanan cepat saji, makanan ringan, bahkan keperluan yang lainnya.

Dalam kondisi ekonomi yang menghimpit sebagian banyak orang seperti ini harus pandai menangkap peluang, salah satu alternatif memulai usaha yaitu memulai usaha dari kejadian. Pilihan bagi pelaku usaha pada kondisi ini adalah memilih tetap bergerak pada jenis usaha yang sudah ada sebelum masa Covid-19 dengan menerapkan strategi baru, dapat menarik minat konsumen dan inovasi baru, atau memilih untuk bergerak pada jenis usaha baru yang unik dan muncul melalui kejadian, peluang seperti ini jangan sampai terlewatkan karena bagi pelaku usaha, peluang usaha yang seperti inilah kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Karena jika tidak pandai dalam menangkap peluang usaha kondisi ekonomi akan semakin terhimpit dan kesempatan yang ada pun akan terbuang sia-sia tanpa menghasilkan manfaat bagi orang lain. 

Pelaku usaha juga harus dapat berpikir kreatif dan inovatif apalagi kondisi seperti ini menuntut para pelaku usaha untuk memikirkan dan mempertimbangkan pemikiran-pemikiran baru. Dalam kondisi seperti ini pelaku usaha juga harus mempertimbangkan penetapan harga jual, harga jual yang ditetapkan pada suatau barang atau jasa yang akan dijual kepada konsumen harus sesuai dengan daya beli konsumen, jika harga yang ditetapkan berada pada titik diatas titik daya beli konsumen maka konsumen tidak dapat mendapatkan barang atau jasa tersebut, pelaku usaha pun kemungkinan kecil untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Berlaku sebaliknya, jika harga jual berada pada titik balance dengan daya beli konsumen, maka tingkat penjualan berpeluang akan meningkat meskipun pada kondisi yang seperti ini.


Published: By: KPEDES - June 28, 2020

Sunday, 7 June 2020

REMAJA TANGGUH TERLATIH PANDEMI


Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah membuat berbagai aktivitas-aktivitas yang semestinya dianggap mainstream menjadi aktivitas-aktivitas yang ekstrim jika dilakukan. Memang sulit untuk diterima ketika kita harus menuruti himbauan pemerintah untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang bahkan telah auto-pilot bagi fungsi otak dan tubuh kita. Aktivitas-aktivitas biasa seperti berkumpul bersama teman-teman, pergi ke pasar, sekolah, ke tempat wisata, bersalaman bahkan sholat berjamaah telah menjadi aktivitas yang ekstrim jika kita tetap memaksa untuk melakukannya. Semua kalangan mengalami  dampak yang cukup signifikan dari pandemi ini, tak terkecuali para remaja yang berstatus pelajar dan mahasiswa.

Selama lima sampai dengan enam hari dalam satu minggu, remaja-remaja ini biasanya mempunyai kehidupan yang cukup berat namun pula menyenangkan bersama keluarga baru yang sebaya mereka. Interaksi remaja di kehidupan sekolah, kampus, pesantren, dan lainnya adalah masa-masa yang harus mereka lewati dalam membentuk kemampuan sosial diantara mereka. Memang terkadang pelajaran-pelajaran yang diberikan membuat remaja-remaja ini jenuh. Pada kenyataannya hari libur dan jam kosong merupakan oase ditengah gurun bagi sebagian dari mereka. Ketika pengumuman pemerintah mengenai peliburan sekolah, kampus, dan sektor lainnya, oase yang mereka rasakan selama ini telah berubah menjadi sungai yang mengalir begitu deras. Keharusan untuk cemas dalam situasi ini malahan tidak berlaku bagi sebagian dari remaja-remaja ini.

Pandemi ini telah menawarkan waktu bersantai yang cukup lama bagi remaja-remaja ini. Banyak hal yang dilakukan dimasa hadiah libur pandemi ini. Kebanyakan dari mereka berusaha untuk melakukan interaksi dengan cara baru. Bahkan menurut hasil riset yang disampaikan Head of Content and User Operations TikTok Indonesia, aplikasi video pendek TikTok mencatat kenaikan pengguna  di Indonesia sekitar 20% selama pandemi corona dibandingkan biasanya.  Begitupun media sosial, aplikasi online meeting dan game online juga mengalami peningkatan signifikan. Untuk anak di pedesaan, memancing ke sungai dan berkebun juga merupakan alternatif dalam menghadapi masa-masa sulit ini. Namun kebanyakan semuanya dilakukan serba online, belajar sendiri dirumah dengan paket internet bulanan di android  masing-masing.

Hal ini malah menimbulkan kecemasan akan bahayanya belajar tanpa guru bagi anak-anak remaja ini. Mengingatkan kembali sebuah anekdot yang berkembang dari para orang tua diwaktu kecil bahwa ‘belajar gerakan sholatpun tak cukup dengan buku saja, harus ada gurunya. Orang yang belajar gerakan sholat lewat buku saja tak pernah rukuk, sujud, dan gerakan lainnya, lah yang ada keterangan gerakan sholat cuma dihalaman pertama pas gambar berdiri doang.’ Begitupun bahaya dimasa sekarang, kepungan tautan-tautan hoax, ujaran-ujaran kebencian menjurus radikalisme, berita konspirasi-konspirasi sejarah yang belum tentu benar, video-video yang kurang mendidik akan mudah mereka akses mengingat keterbatasan interaksi guru dalam memberi saran kepada anak seusia mereka. Hal ini juga diperparah dengan banyaknya orang tua siswa yang belum mengerti benar teknologi yang digunakan anak-anak mereka baru-baru ini. Meskipun demikian, sebaiknya orang tua harus selalu bertanya dan melakukan pendampingan terhadap apa yang diakses anaknya ketika belajar dirumah, bisa juga dengan cara minta diajari kepada anak tentang apa yang sedang di gemari anak-anak seusia mereka, hal ini secara tidak langsung sekaligus mengawasi apa yang mereka kerjakan.

Kesenjangan digital juga sering membuat beberapa pelajar mengalami defisit informasi. Entah itu karena sinyal layanan internet yang belum hadir didaerahnya atau bahkan ada yang belum memiliki HP berbasis android dan sebagainya demi melakukan virtual meeting, sekolah online dan menerima informasi lain-lainnya. Oase yang mereka terima diawal bulan kemarinpun seolah menenggelamkan mereka dalam raut kesedihan, bukan hanya karena korban infeksi virus yang terus bertambah namun karena sadarnya mereka bahwa banyak momen besar yang terlewatkan dikarenakan oleh pandemi ini.

Tidak adanya perpisahan sekolah, belakangan ini perpisahan sekolah telah menjadi momen  besar yang juga ditunggu-tunggu oleh para orang tua. Banyak sekolah telah mengkonsep perpisahan anak didiknya dengan konsep yudisium megah. Proses mengkalungkan Gordon, memanggil siswa-siswi berprestasi, memakai jas dan kebaya, pandemi ini telah membuat semuanya itu menjadi angan saja dimana pengumuman anak sekolah hanya diumumkan lewat kontak  pribadi masing-masing siswa. Sungguh kontras dari apa yang telah dikonsepkan sebelumnya.

Wisuda juga merupakan momen ceremonial paling ditunggu oleh para mahasiswa, tetapi sebagian kampus harus melakukan penundaan. Padahal disinilah puncak dari perjuangan, sebelum masuk ke fase perjuangan berikutnya bukan cuma perjuangan mahasiswa itu sendiri namun juga perjuangan orang tua dalam membiayai perkuliahan mereka selama ini. Ada anggapan bahwa ijazah hanya menandakan bahwa kita pernah sekolah saja, bukan menandakan bahwa kita pernah berfikir. Pernyataan dari salah satu tokoh akademisi terkenal ini sebenarnya bermaksud baik namun belakangan telah digunakan untuk mendiskreditkan orang-orang berijazah dan meng-compare dengan yang lain. Bagi mereka yang sungguh-sungguh dalam membaca referensi, menulis kembali, meneliti, mengolah, dan mengujikannya didepan para akademisi tentu akan tau perbedaan dengan mereka-mereka yang memperoleh referensi dari blogger-blogger pribadi dan berbagai sumber yang bahkan belum jelas kesahihan sumbernya dan tanpa diujikan pula.

Bukan hanya itu, lulusan sarjana dan siswa ditengah pandemi ini juga dihadapkan pada penilaian remeh dari beberapa orang. Tak jarang beberapa dari mereka juga menyematkan penambahan gelar seperti, Sarjana Pendidikan Corona (S.Pd.,Cor.), Sarjana Teknik Corona (S.T.Cor), anak SD, SMP, SMA disebut lulusan corona dan lain sebagainya. Mereka seolah-seolah dianggap lulusan give away, penuh bonus dan lain sebagainya. Najwa Shihab dalam akun Instagramnya pun berusaha menenangkan dengan menyebutkan bahwa lulusan ini adalah lulusan LDR, lulusan tahan rindu, bukan toga dan ijazah, tapi upaya dan jerih payah, sebagai bukti angkatan lulusan 2020 adalah angkatan emas Indonesia. Memang benar adanya, tanpa disadari lulusan 2020 merupakan lulusan yang jauh lebih berkembang dengan kemampuan digital yang meningkat, penuh kreatifitas, mempunyai mental tangguh ditengah pandemi ini, dan visioner memikirkan pemulihan dunia setelah pandemi ini berakhir. Maka dari itu tak ada pilihan untuk berkecil hati bagi mereka yang lulus di tahun ini.

Untuk adik-adik pelajar dan mahasiswa, pandemi ini boleh saja mengambil sedikit kesempatan  pada beberapa momen besar dalam kehidupan kalian. Namun jangan mau kalah untuk memperbesar harapan akan kesuksesan dikemudian hari. Jangan mau kalah dari cibiran diantara mereka yang bahkan adalah kawan-kawanmu. Jangan terlena waktu bersantai dirumah yang ditawarkan pandemi ini. Apa yang dibaca dan dipelajari hari ini mungkin saja hanya jadi nilai dilembaran kertas raportmu, namun siapa tau akan jadi penolongmu di masa depan. Jadi mari mendisiplinkan diri dalam menghadapi pandemi ini sesuai perannya, ikhtiar sesuai kemampuannya, doa, dan tawakal serta tetap isi kepala dengan hal-hal positif dari literatur-literatur resmi yang jelas sumbernya. Percayalah, selalu ada pulang bagi mereka yang datang apalagi tak diundang.

 

"Karto, S.Pd.,MM"
Published: By: KPEDES - June 07, 2020

Friday, 5 June 2020

GERAKAN SEDERHANA MELAWAN COVID-19


Oleh: 
Ari Firmansyah
"Ketua Karang Taruna Bekisa Desa Serdang"
"Salah Satu Pembina di Komunitas Pelajar Desa Serdang"

Assalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh

Berdiam diri tidak memastikan anda terhindar dari tertularnya Virus Covid-19 ini. Tanpa melawan tidak menutup kemungkinan virus ini akan menyerang kita, dikarenakan melemahnya sistem kekebalan tubuh kita untuk menangkal berbagai virus masuk kedalam tubuh, meskipun  kita sudah berdiam diri dirumah. 

Banyak faktor yang mengakibatkan melemahya sistem kekebalan tubuh kita, oleh karena itu tulisan gerakan sederhana melawan Covid-19 ini dibuat untuk mengajak masyarakat semua bersatu melawan Covid-19 tetapi tidak dilakukan dengan cara berkumpul melainkan di lakukan sendiri dan tergolong praktis serta tidak memakan biaya. Berikut beberapa langkah gerakan  sederhana lawan Covid-19 :

1.       Tidur Cukup

Ternyata tidur yang cukup itu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh loh! Menurut National Sleep Foundation, orang dewasa dan orang tua harus tidur setidaknya 7 hingga 9 jam per malam untuk membantu berbagai fungsi tubuh agar berfungsi dengan baik, hal ini tentunya mudah dilakukan. 

2.       Bangun pagi

Tidur terlalu lama ternyata dapat membuat kecemasan loh! yang tentunya dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh kita. Oleh karena itu kita disarankan untuk bangun pagi. Bangun pagi dilakukan seluruh umat Islam untuk beribadah Sholat Subuh, juga bisa membuat orang lebih semangat untuk berolahraga dan menghirup udara segar. Olahraga dan menghirup udara segar di pagi hari dapat menenangkan suasana hati dan mampu meningkatkan energi untuk beraktivitas, tentunya hal ini akan membuat kita lebih tenang.

3.       Sarapan 

Salah satu manfaat sarapan pagi adalah sebagai sumber energi. Ini menjadi alasan mengapa sarapan sangat penting dalam memulai hari Anda. Tentunya dengan sarapan membuat anda lebih bersemangat dan lebih kuat sehingga kemungkinan sistem kekebalan tubuh anda menurun itu kecil sekali dikarenakan tubuh anda terisi oleh sumber energi yang berasal dari sarapan anda tadi.

4.       Berjemur 

Berjemur di pagi hari ternyata dapat meningkatkan system kekebalan tubuh loh! Selain itu sinar matahari dipagi hari juga dapat membantu mencegah berbagai penyakit dan penyebab infeksi terutama yang disebabkan oleh virus.

5.       Mandi

Selain membuat badan anda bersih, ternyata mandi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh juga loh! Mandi dapat menstimulasi pembentukan sel imun yang ada di kelenjar getah bening dan pembuluh darah. Saat mandi, produksi sel darah putih dalam tubuh meningkat, sehingga tubuh dapat lebih terlindungi dari ancaman seperti virus, bakteri, jamur, dan sebagainya.

6.       Ibadah 

Setelah banyak usaha yang kita lakukan, kita harus tawakal akan semua yang telah Allah Swt. tetapkan untuk kita. Dengan ibadah, tentu kita akan memiliki keyakinan lebih untuk  menang melawan Covid-19 yang didasarkan pada tata cara dan syariat agama masing-masing. Ibadah dilakukan bukan hanya sekedar proses akan tetapi inilah bentuk syukur dan ridha kita kepada Tuhan Yang Maha Esa yang maha menciptakan segala sesuatu atas kehendaknya.

Demikian beberapa langkah sederhana melawan Covid-19 ini. Pada intinya, walaupun segala aktivitas dibatasi, kita harus tetap melawan dengan kiat-kiat diatas demi meningkatkan kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat dan mari bersama-sama kita berdo’a, semoga pandemi ini segara berakhir. 

 Wassalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh

“Ari Firmansyah”

        
Published: By: KPEDES - June 05, 2020