Powered by Blogger.

Thursday, 22 November 2018

Tag:

LEGENDA BEBALA DESA SERDANG




“Buah sawit buah sahang
Kalau dijuel harge e murah
Perkenalkan kami urang herdang
Datang kehini nek gi bekisah”

‘LEGENDA BEBALA, BETILOR DESA SERDANG’
Pada zaman dahulu, ada seorang Tumenggung dari ujung barat kepulauan Bangka Belitung yang melakukan perjalanan dan menghentikan perjalanannya di sebuah desa terpencil yang telah berpenghuni dan memiliki pemimpin masyarakat yang biasa disebut Pak Batin. Desa ini ditumbuhi pepohonan yang rindang dan menjulang tinggi. Sang Tumenggung pun bertanya kepada Pak Batin, “Pak Batin, ape ge name kampong ikak ni?” Pak Batin pun menjawab, “kami ne idup disini atas dasar hame-hame. Hame-hame nek idup, hame-hame nek makan, hame-hame nek betanem, nye mati dak hame-hame, jadi lom ade name yang pas untuk kampong kami nih kah!”. Sang Tumenggung pun mengangguk-angguk. Mengiyakan perkataan Pak Batin.
Sang Tumenggung pun terus menelusuri daratan desa ini. Dari ujung hingga ke ujung yang lain. Tidak ada pemandangan lain selain pohon-pohon yang lurus dan tinggi menjulang. Sang Tumenggung pun heran dan menanyakan hal ini kepada Pak  Batin, “Pak Batin,! ku tingok ni di kampong ikak ni, hampir tiap sudut ade batang yang tinggi-tinggi lurus tu, batang ape ge tu Pak Batin?” Pak Batin pun menjawab “Oww itu batang serdang name e Pak Tumenggung, urg hini nyebut e batang pelindung, pelindung dari anget mate ari, untuk tiang pundok, pukok e banyaklah gune batang ni men di kampong ni”. Ow cemtu Pak ok!”. Sang Tumenggung pun mengetahui.
Seringnya beramah-tamah, sang Tumenggung pun menemukan suatu keunikan di desa ini, yaitu semua masyarakatnya tidak bisa menyebut huruf ‘r’ apakah mereka cadel? Sang Tumenggung pun mencoba bertanya dengan beberapa masyarakat. “Cik,.ngape ikak ni ku tingok-tingok, ku denger-denger, ikak ni dak pacak nyebut huruf ‘r’?. tilor bae. imang dak pacak, ape dibuat-buat ni?”. Ibu-ibu yang ditanya itu  pun hanya bisa tertawa sambil menjawab. ‘kami ni pacak sebener e nyebut ‘r’ Pak Tumenggung, tapi kebiasaan kami dihini kalau kite nyebut ‘r’ la hempai begeterrr,,urang sebut sombong atau taipau Pak Tumenggung!”. “Jadi taipau tu ade tingkatan e Pak Tumenggung, yang pertama taipau biase, yang kedue taipau basa, yang ketige taipau begereng. Nah Men kate urang hini, taipau e urang yang pacak nyebut ‘r’ tu lah hempai begereng. Bende e dak de tapi bau e ade, name ge lah begereng!”. “La lah Pak Tumenggung!, kalau lah mendarah daging ni, nye digawelah hempai turun temurun. Ular melingkar diatas pagar lah. (dengan gaya tilur).” Sang Tumenggung pun hanya bisa tertawa mendengar penjelasan ibu-ibu tersebut. Konon katanya orang-orang melayu Bangka masa itu merupakan orang–orang yang terbiasa menggunakan aksen cina yang sulit menyebut huruf ‘r’.
Namun ada kebiasaan menjengkelkan yang dimiliki warga desa ini yaitu kesenangan dalam berseloroh atau bercanda dalam obrolan. Pernah suatu hari Tumenggung dan Pak Batin pergi memancing di suatu  sungai yang sangat keruh. Lewatlah salah seorang warga yang menanyakan. “Pak Batin, Pak Tumenggung!, banyak dak bule ikan e?” Pak Tumenggung yang tidak tau apa-apa menjawab dengan pasti. “dak pak, dari pagi tadi baru sikok bule e’. warga itupun berseloroh atau bebala (bahasa Bangkanya),  ‘wajarlah dak bule, hungai macem ni kepo e, ikan nek  liwat ge betumbor dak ketingok ape lah!”. Pak Batin yang telah mengetahui sifat warganya pun hanya bisa  tertawa mendengar penjelasan warga tersebut.
Kemudian Pak Tumenggung dan Pak Batin, memperoleh rejeki ikan yang lumayan banyak pada salah satu sisi sungai yang ada jembatannya. Kemudian warga yang kebetulan lewatpun menanyakan lagi, ‘Pak Tumenggung, Pak Batin!, banyak tuh bule ikak dimane dapet e?” Pak Tumenggung pun menjawab sambil menunjuk salah satu sisi sungai yang ada jembatannya dengan langsung menyebut jembatan tersebut. “tuh jang, di jeramba sane!”, ucap Pak Tumenggung. Sang wargapun berseloroh, “dooook Pak Tumenggung!,  bener-bener waa, di jeramba ge la macem ni banyak bule e, ape agik di bawah jeramba e, aik e kan dibawah jeramba pak tumenggung?”. Pak Tumenggung terdiam, namun Pak Batin yang telah mengerti kembali tertawa terbahak-bahak. Namun tidak dengan Pak Tumenggung yang merasa bahwa warga tersebut sedang mempermainkannya. Itulah ‘bebala’ Pak Tumenggung, bebala tu arti e ‘Becakap Banyak Hala e’, tapi jangan dianggep negatif Pak Tumenggung, men dihini itulah care masyarakat ngebangun hubungan deket, hubungan kekeluargaan, ngundang tawa ken sesame, jangan dibuik ke ati ok!.” ‘ow macem tu Pak ok!”, Tumenggung pun mengerti.
Semakin hari semakin banyak orang-orang berdatangan ke desa ini, dan tak satupun warga yang mampu menjawab ketika ada orang bertanya, apa nama desa ini. Seiring waktu berjalan, Tumenggung pun menyarankan untuk adanya sebuah nama yang mampu  mewakili seluruh isi peradaban di pedesaan ini . Akhirnya Pak Batin pun mengajak seluruh warga untuk berkumpul dipondok milik Pak Batin untuk membicarakan masalah nama yang akan di Pakai untuk desa ini. Pak Batin pun mengeluarkan pendapat terlebih dahulu, “cemane kalau name kampong kite ni Kampong Bebala atau Betilor, kan sesuai ken kebiasaan  kite di masyarakat. Namun masyarakat banyak yang tidak setuju dikarenakan kata-kata tersebut bisa bermakna negatif bagi orang lain yang tidak mengerti arti sebenarnya.
Setelah sekian banyak diskusi yang dilakukan akhirnya Tumenggung menyarankan kampong ini diberi nama kampong Serdang. Jadi, nama Serdang itu bukan berarti Serba Dangdut tetapi Serdang merupakan nama pohon. Hingga sekarang kampong serdangpun tetap eksis di Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan ini dengan bebalanya, betilornya yang dikonotasikan negatif namun sebenarnya terkandung makna yang begitu mengeratkan persaudaraan didalamnya. Secara  turun temurun, betilor (cadel) dan bebala (berseloroh) telah mampu membangun hubungan kekeluargaan masyarakat, mempererat batin masyarakat, mengundang tawa  sesama, dan menjadi ciri  khas masyarakat Desa Serdang.
Terima kasih Pak Batin, namamu akan selalu didalam Batin masyarakat Desa Serdang, terima kasih Pak Tumenggung namamu akan selalu kami junjung. Jayalah Desa Serdang, Jayalah Bangka Selatan.!

Sumber :
1.    Arsip Dokumen Pemerintah Desa Serdang
2.    Tokoh Adat, Tokoh masyarakat, Tetua Desa Serdang

About KPEDES

Pimpinan Komunitas Pelajar Desa Serdang.

0 komentar:

Post a Comment