Powered by Blogger.

Saturday, 27 June 2020

Tag:

LAGILAGI PPDB


Saya hanyalah seorang kakak dari banyak ‘adik-adik’ pelajar di salah satu desa yang mungkin salah satunya adalah keluarga anda. Saya bukanlah PNS, Kepala Sekolah, LSM, Pengamat atau sebagainya yang mungkin bisa mengarahkan orang-orang agar selalu mem’benar’kan apa yang saya bahas ini. Saya paham, sebagian akan memaklumi dan sebagian bahkan mgkin juga akan memusuhi. Saya bukan tipikal orang yang selalu ingin di’iya’kan kata-katanya.

Lewat tulisan ini saya hanya ingin menggambarkan apa yang sedang kami resahkan dan juga takkan merengek untuk merubah sesuatu yang sudah ditetapkan. Jika kepentingannya semata-mata untuk partisipasi peserta didik, maka saya awali pembahasan ini dengan dua Jika Besar;

JIKA JALUR ZONASI PPDB SEKOLAH NEGERI TETAP DIADAKAN
1. Maka harus muncul 1 sekolah negeri yang menaungi beberapa desa yg selalu jdi 'korban' jarak berdasarkan data yang telah ada selama dua tahun ini. Dana besar? Sudah menjadi resiko dari sebuah kebijakan ini demi tercapainya hak-hak merata setiap anak dikota maupun didesa. jika dianggap tidak memungkinkan, begitu pula dengan zonasi ini, atau

2. Tambah rombel dalam batas kewajaran agar anak-anak yang nama desanya tidak hanya jadi hiasan pada SK awal PPDB

JIKA JALUR ZONASI PPDB SEKOLAH NEGERI DI TIADAKAN
1. Jalur tes akan menjadi alternatif yang patut dipertimbangkan untuk mendampingi jalur afirmasi dan prestasi. Mengingat hampir sekolah-sekolah SMA sudah memiliki fasilitas komputer untuk melakukan tes secara offline maupun online.

2. Jalur tes akan membuat org tua maupun siswa legowo menerima kekalahan nilai tes dibanding harus menerima kekalahan jarak rumah dimana anak-anak seusia mereka tentu tidak memilih sejak lahir untuk tinggal dimana.

3. Jalur tes akan menjadi alasan jangka pendek bagi guru SD/SMP untuk memotivasi siswa-siswinya agar selalu belajar giat baik akademik maupun non akademik.

Berilah anak-anak desa perbatasan zona kesempatan ini untuk berperang di medan yang sama, kalah menang biarkan kemampuan mereka yang menentukan, bukan kondisi lingkungan mereka. Jika ini disebut saran dangkal, saya terima. Begitulah manusia belajar,selalu berawal dari merasa kosong untuk terus diisi.

Saya bukan siapa-siapa, hanya seorang kakak yang sedang bersedih pada adik-adik yang mendapat perlakuan berbeda dalam satu rumah yang sama. Jika ada yang kurang pas dalam pandangan bapak/ibu pembaca, silahkan baca kembali awal-awal kalimat yang saya tuliskan!

"Karto"
x

About KPEDES

Pimpinan Komunitas Pelajar Desa Serdang.

0 komentar:

Post a Comment